JAKARTA - Tim Mitigasi IDI (Ikatan Dokter Indonesia) berkolaborasi dengan Sigit Kusumawijaya, seorang arsitek dan Ahli Rancang Kota sekaligus co-Inisiator Indonesia Berkebun merancang rekomendasi tata ruang dan tata perilaku adaptasi kehidupan baru.
Hasil rekomendasi ini disampaikan dalam diskusi media yang diadakan secara daring pada hari Selasa, 27 April 2021.
Dokter
Adib Khumaidi, SpOT – Ketua Tim Mitigasi Dokter PB IDI & Ketua
Terpilih PB IDI, mengatakan, “Salah satu solusi yang harus kita lakukan
supaya tetap aman dan menghindari paparan adalah dengan mengupayakan
adaptasi kehidupan baru, bukan hanya dalam protokol namun juga kesiapan
ruang yang memungkinkan orang untuk tetap beraktivitas,”. "Melalui
diskusi ini, kami mendorong pemerintah dan pimpinan perusahaan/kantor
untuk membuat regulasi tata kelola ruang sehingga ada proses pengawasan
yang dilakukan dan semua aktifitas tetap bisa dilakukan tetapi dengan
assesment terlebih dahulu oleh Tim pengawasan di setiap daerah dengan
melibatkan Satgas Covid daerah,".
Sementara
itu Dr dr Eka Ginanjar, SpPD-KKV, MARS selaku Ketua Tim Pedoman dan
Protokol dari Tim Mitigasi PB IDI mengatakan bahwa jangan sampai
orientasi kita pada ekonomi berisiko pada penguatan kesehatan – bukan
hanya treatment tetapi juga testing dan tracing (3T).
“Perlu
ada kolaborasi secara ketat mengendalikan agent-nya (SARS-CoV-2 /
COVID19), lingkungannya, juga host-nya,” kata Dr dr Eka Ginanjar,
SpPD-KKV, MARS.
Rekomendasi
tata perilaku yang dianjurkan oleh Tim Mitigasi IDI sesuai dengan
referensi dari National Institute for Occupational Safety and Health
adalah dengan hierarki pengendalian risiko transmisi infeksi, yakni:
• Vaksinasi dan 3T (untuk menghilangkan sumber bahaya secara fisik dan mengganti sumber bahaya)
• V-D-J-S : Ventilasi-Durasi-Jarak- Sirkulasi (untuk mengisolasi orang-orang dari sumber bahaya)
• 5M
: Memakai Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan, Membatasi Mobilitas,
Menghindari Kerumunan (untuk mengubah kebiasaan beraktifitas dan
bekerja), serta Penggunaan APD bagi para pekerja yang disesuaikan dengan
risikonya.
Pemahaman
konsep akan rumah sehat ramah lingkungan diprioritaskan untuk
menghindari kesalahpahaman akan anggapan bahwa rumah hijau adalah rumah
yang memerlukan biaya perawatan tinggi ataupun rumah yang hanya memiliki
banyak lahan hijau, banyak pohon ataupun sekadar dicat hijau.
“Korelasinya
secara tidak langsung yang nyata dirasakan adalah rumah hijau dan sehat
dapat signifikan mengurangi beban dari fasilitas pelayanan kesehatan
yang tersedia (puskesmas, klinik dan rumah sakit),” kata Sigit
Kusumawijaya, ST., MSc., IAI, GP - Arsitek & Ahli Rancang Kota
sekaligus Green Professional (GP) dari GBCI dan co-Inisiator Indonesia
Berkebun.
“Terlebih
dalam kondisi saat ini rumah hijau dan sehat secara nyata dapat
membantu mengurangi tingkat penyebaran tertular penyakit infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA) termasuk memberikan kenyamanan penghuninya
selama pandemi Covid-19, dikarenakan walaupun hampir keseluruhan waktu
penghuninya berada di dalam rumah, mereka akan tetap dapat merasakan
berintensitas dekat dengan alam dan sekitar,” kata kata Sigit
Kusumawijaya.
Manfaat
yang dapat dirasakan dengan redesain tata ruang hijau sebagaimana
dikatakan Sigit antara lain: Adanya pergantian udara segar yang dapat
menghilangkan berbagai polutan (baik dari penguapan racun material rumah
ataupun transmisi udara / sistem pernafasan manusia) di dalam rumah.
Selain
itu, penghuni juga bisa mendapatkan langsung sinar matahari untuk
penerangan alami dan manfaat asupan kebutuhan pro vitamin D (sinar
matahari), serta manfaat kedekatan dengan alam sebagai bagian dari
elemen penyembuhan (self healing) /ketenangan/relaksasi pada penghuni
(therapeutic).
“Kami
berharap rekomendasi ini bisa menjadi rujukan dan masuk dalam régulasi
sebagai upaya mengembalikan aktifitas masyarakat agar tidak hanya patuh
pada protokol 5M saja tetapi juga memperhatikan tata kelola ruang ini,
terutama di ruangan-ruangan tertutup yang lebih berisiko,” tutup dr Adib
Khumaidi. (pr/idi)
Lampiran:
Rumah Sehat dengan Konsep Hijau untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19
oleh: Arsitek Sigit Kusumawijaya & Tim Mitigasi IDI
• Sirkulasi Udara
- Membuang udara yang mengandung unsur-unsur toxic yang berbahaya untuk kesehatan pernafasan
• Pengkondisian Udara
- Pengkondisian udara yang menjamin kenyamanan, kesehatan dan hemat energi
• Material Organik, Non-Porous dan Non Asbestos
- Material organik dan mudah dibersihkan serta dirawat dapat mengurangi kemungkinan virus dan bakteria untuk bertahan hidup
- Bangunan tanpa penggunaan material asbestos yang dapat mengganggu kesehatan paru-paru
• Inovasi
- Inovasi smart home untuk mengelola dan meningkatkan indoor rumah, keamanan, kenyamanan dan penggunaan energi
- Penggunaan sistem air purification untuk memurnikan udara
- Panel untuk Tenaga Surya (Solar Panel) dalam menghemat energi listrik
• Kenyamanan Spasial Ruang
- Luas bangunan yang layak dan nyaman untuk dihuni, baik untuk kesehatan psikologis
- Tata
ruang yang dapat beradaptasi sesuai kebutuhan seperti ruang untuk
bekerja atau belajar secara daring, area pintu masuk yang menyediakan
area sanitasi dan ruang untuk karantina mandiri
• Konservasi Air
- Upaya konservasi air untuk menjaga kualitas air tanah dan mengurangi pencemaran
- Penggunaan area resapan air atau kolam retensi untuk menampung dan meneruskan air ke dalam tanah serta mengurangi banjir
• Pencahayaan Alami
- Meningkatkan keterikatan dan hubungan penghuni dengan alam yang baik untuk kesehatan mental dan psikologis penghuni
- Sinar matahari pagi juga banyak mengandung vitamin D untuk kekebalan imun tubuh dan memperkuat tulang
• Area Hijau yang Cukup
- Vegetasi
alami berguna untuk ekologi dan untuk kesehatan fisik dan psikologi
serta dapat menyaring polutan yang dapat masuk ke dalam rumah
- Semenjak pandemi, area terbuka dan hijau banyak diminati dikarenakan sirkulasi udaranya yang lebih bebas mengalir
- Area
berkebun di rumah untuk tanaman sayuran, obat-obatan dapat membantu
kontribusi swasembada dan kelestarian kebutuhan pangan rumah tangga
- Memanfaatkan sound barrier alami berupa pohon, untuk mengurangi kebisingan dari luar
Sumber: Greenship Homes VI (World Green Building Council) & Emerging Architects Studio
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar