Usai gelaran dialog kebangsaan di Ponpes An Nawawi dilakukan foto bersama |
Narasumber yang dihadirkan di antaranya Ahmad Supriyanto dari Yayasan Persadani dan anggota sekaligus Ketua Divisi Sosdiklih Parmas dan SDM KPU Kabupaten Purworejo Abdul Azis. Muh Imron menyampaikan, seminar kebangsaan ini merupakan salah satu program dari Polri untuk bekerja sama dengan ponpes yang ada di wilayah Jawa Tengah.
"Dengan kegiatan dialog kebangsaan ini bisa menambah wawasan para santri tentang pemahaman dan bahaya radikalisme dan intoleransi," tutur Muh Imron.
"Pemahaman radikalisme sebetulnya bisa ditanamkan ke siapa saja, tidak mengenal laki-laki atau perempuan dan tidak ada batasan umur. Saat ini sudah melalui media sosial, kalau dulu melalui kajian-kajian," demikian diungkapkan Ahmad Supriyanto-eks napiter ini.
Menurut Ahmad Supriyanto, penanaman paham radikal itu masih terus dilakukan, media sosial dengan algoritma memudahkan untuk menjaring anggota. Banyak sekali akun yang masih aktif bergerak di atas ma'had (jalan) radikal.
"Radikalisme dan paham intoleran itu akan mencari dan melihat potensi calon anggotanya, intinya harus bijak dalam memahami informasi, selalu tabayun," ujarnya.
"Kalangan pemuda harus jeli dan jangan menelan mentah-mentah ketika mendapat informasi atau bujukan yang mengarah ke radikalisme, benar tadi disampaikan, penting sekali tabayun kepada pihak-pihat terkait atau yang memiliki kewenangan menjelaskan dan tentunya sesuai ahlinya," ucapnya.
Ditambahkan, sekait tahapan pemilu 2024, saat ini Daftar Calon Tetap
(DCT) tengah diajukan untuk penggandaan atau pengadaan logistik, tahapan
kampanye dimulail 28 November 2023.
"Harapan kami kegiatan ini juga berdampak positif terhadap partisipasi
pemilih, pemilih pemula jangan apatis dengan politik, ikuti tahapan yang
ada, tentukan pilihan pemimpin yang memang berintegritas, memiliki
kapasitas dan memilih sesuai dengan hati nuraninya masing-masing," tutup Abdul Azis. (*/kj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar