Berbasis Kecerdasan Buatan
JAKARTA
- MVGX Tech Pte Ltd (MVGX) Singapura bersama mitra keberlanjutannya,
BDO di Indonesia, Kamis (24/5/2025) secara resmi meluncurkan platform
laporan keberlanjutan (Sustainability Report) berbasis kecerdasan buatan
(AI). Program ini dalam rangka perluasan kerja sama strategis antara
MVGX dengan BDO di Indonesia sebagai salah satu firma akuntansi dan
konsultasi terbesar di Indonesia.Kolaborasi
ini merupakan lanjutan dari kerja sama yang telah terjalin sejak
September 2023, yang sebelumnya difokuskan pada penyediaan solusi
dekarbonisasi melalui platform Carbon Connect milik MVGX. "Melalui
inisiatif ini, kedua perusahaan berkomitmen untuk mendukung pelaku
usaha di Indonesia dalam memenuhi kewajiban regulasi, meningkatkan
transparansi data ESG, serta menyederhanakan proses pelaporan
keberlanjutan," kata Thano Tanubrata, CEO BDO di Indonesia, kepada
media, Jumat (25/4/2025) di Jakarta.
Menurutnya,
pendekatan berbasis teknologi ini sejalan dengan dinamika perkembangan
kebijakan keberlanjutan di tingkat nasional. Sekaligus kata Thano sapaan
akrabnya, untuk membantu perusahaan dalam memenuhi standar pelaporan. "Platform
AI ini metode pendekatan teknologi untuk perkembangan kebijakan
keberlanjutan. Terutama dalam standar pelaporan, baik internasional
maupun domestik secara lebih efisien dan akurat," tandasnya.
Transformasi Pelaporan ESG melalui Teknologi AI
Platform
terbaru ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi melalui otomatisasi
pengumpulan dan analisis data, sehingga memungkinkan proses penyusunan
laporan keberlanjutan yang lebih cepat, akurat, dan hemat biaya
dibandingkan metode konvensional. "Dengan
dukungan model inferensi AI eksklusif serta basis data faktor emisi
terlengkap di kawasan Asia, platform ini memastikan proses pelaporan
berada di bawah pengawasan para ahli dan selaras dengan standar
pelaporan Internasional," jelas Thano.
Katanya,
standar ini mencakup Indeks Pelaporan ESG GRI, ISSB IFRS S1 untuk
laporan keuangan umum terkait keberlanjutan, dan ISSB IFRS S2 untuk
laporan terkait iklim. "Pendekatan
ini membantu perusahaan dalam memastikan pelaporan yang konsisten
dengan strategi keberlanjutan jangka panjang," ucap Thano. Kemudian,
dalam rangka mempercepat kepatuhan dan penyampaian laporan di
Indonesia, proses penyusunan laporan keberlanjutan secara konvensional
memakan waktu tiga hingga empat bulan. Mengingat proses manual yang
cukup rumit dan kompleks.
Dengan
hadirnya platform ini, perusahaan dapat mempercepat penyusunan laporan
mereka (red-perusahaan). Sehingga memberikan ruang waktu yang cukup
untuk melakukan revisi serta proses verifikasi eksternal, sebelum
tenggat waktu pelaporan yang ditetapkan oleh pemerintah pada bulan Juni.
"Sementara
untuk aksesibilitas bagi Emiten dan Perusahaan Publik, Platform ini
dirancang agar mudah diakses dan dapat digunakan secara luas oleh
seluruh perusahaan publik yang tercatat di Indonesia," kata Thano
menerangkan.
Kata dia,
melalui pendekatan berbasis template daring dan kuesioner terstruktur,
perusahaan dapat menyampaikan data dengan lebih sederhana, konsisten,
dan sesuai dengan ketentuan ESG yang berlaku.
"Pendekatan
ini tidak hanya mempermudah kepatuhan, tetapi juga membantu perusahaan
mengurangi beban administrasi dan kompleksitas operasional yang sering
kali dihadapi dalam proses penyusunan laporan keberlanjutan," ujar
Thano.
Selanjutnya untuk
menjawab harapan pemangku kepentingan, seiring dengan meningkatnya
integrasi aspek ESG dalam pengambilan keputusan investasi. Serta dalam
penguatan regulasi terkait pengungkapan, perusahaan dituntut untuk
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.
"Di
Indonesia, Peraturan OJK No. 51/2017 mewajibkan seluruh perusahaan
publik untuk menyampaikan laporan keberlanjutan. Tingkat kepatuhan
terhadap regulasi ini bahkan telah mencapai 100% selama periode 2019 dan
2021" ungkap Thano.
Sementara
di tingkat global, tren keberlanjutan juga menunjukkan pertumbuhan
signifikan. Pada tahun 2022, nilai aset kelolaan berbasis keberlanjutan
(Assets Under Management) telah melampaui USD 30,3 Triliun atau naik
sekitar 20% dalam dua tahun terakhir.
"Angka ini mencerminkan peran pentingnya ESG dalam strategi investasi global," pungkas Thano.
Lily
Hong, CEO MVGX, menyampaikan, kemitraan MVGX dengan BDO di Indonesia
merupakan tonggak penting dalam misi mentransformasi pelaporan
keberlanjutan melalui teknologi terbarukan. Di tengah tuntutan regulasi
dan harapan pemangku kepentingan yang terus meningkat, solusi digital
harus mampu menyediakan transparansi, efisiensi, dan akurasi yang lebih
tinggi.
"Dengan
menggabungkan teknologi AI dengan keahlian regulasi, kami membantu
Perusahaan di Indonesia untuk tidak hanya memenuhi kewajiban hukum.
Tetapi juga memperkuat kepemimpinan ESG mereka dengan menetapkan standar
baru dalam keberlanjutan korporasi di kawasan ini." jelasnya.
Ia
juga mengatakan, peluncuran platform pelaporan keberlanjutan berbasis
AI ini merupakan langkah signifikan dalam kolaborasi. Dimana
mencerminkan komitmen untuk mendukung bisnis di Indonesia dengan solusi
keberlanjutan yang tangguh dan inovatif. Katanya,
kepatuhan ESG kini bukan sekadar kewajiban, melainkan bagian integral
dari ketahanan jangka panjang perusahaan, kepercayaan investor, dan daya
saing pasar. "Kolaborasi ini menyatukan keunggulan
kami dalam tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan dengan
kapabilitas teknologi MVGX," ujar Lily sapaan akrabnya. (*/red)
teks foto: Thano Tanubrata (CEO BDO di Indonesia) dan Gabriel Wong (President Director, MVGX Tech di Indonesia)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar